NASIB RATUSAN PEKERJA TAMBANG BATU SEMAKIN TAK MENENTU

NASIB RATUSAN PEKERJA TAMBANG BATU SEMAKIN TAK MENENTU
TAMBANG: Dua Orang Pekerja Tambang Batu Di Lokasi Bukit Sintang

NASIB RATUSAN PEKERJA TAMBANG BATU SEMAKIN TAK MENENTU

KABARITAH.COM, KOTAWARINGIN BARAT - Dewan Pengurus Cabang (DPC) Gerakan Pemuda Asli Kalimantan (Gepak) Kotawaringin Barat (Kobar) banyak mendapatkan keluhan dari para pekerja tambang batu belah di lokasi Bukit Sintang, Desa Runtu, Kecamatan Arut Selatan, karena tidak adanya kejelasan mengenai nasib mereka yang kini terkatung-katung tidak lagi bisa bekerja.

Hal itu disebabkan pasca ditutupnya lokasi tambang batu Bukit Sintang pada 30 September 2022 lalu oleh aparat kepolisian. Sampai hari ini mereka masih menunggu berharap adanya kebijakan dan solusi agar mereka kembali bisa bekerja.

Saat ditemui Asosiasi Penambang Rakyat Indonesia (APRI) Kalimantan Tengah (Kalteng) mengatakan bahwa pihaknya sedang mencoba memfasilitasi para penambang dengan didaftarkan sertifikasi keanggotaan Responsibility Mining Community (RMC).

Menanggapi hal tersebut Sekretaris Dewan Pengurus Cabang Gerakan Pemuda Asli Kalimantan (Gepak) Kotawaringin Barat Wahyue Bahalap, kami sudah menyampaikan hal ini kepada Wakil Ketua II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kobar Bambang Suherman. 

Dan rencananya Gepak akan berkirim surat kepada DPRD Kobar untuk dimasukan ke dalam Bamus serta mendorong agar DPRD mengambil langkah. 

Kami juga akan berkolaborasi dengan APRI Kalteng agar secepatnya mengurus sertifikasi keanggotaan RMC agar pekerja tambang batu bisa berkatifitas lagi. 

" Kami sudah menyampaikan keluhan pekerja tersebut ke DPRD Kobar dan nantinya Gepak siap mengawal para pekerja untuk menyampaikan keluhannya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di DPRD Kobar serta kepengurusan perijinan. " jelas Wahyue.

Sambungnya" jika memang aparat mau melakukan penutupan seharusnya tidak tebang pilih," mereka hanyalah masyarakat kecil sementara pemain tambang yang lebih besar dibiarkan saja tanpa mengantongi legalitas." Ujar Wahyue.

Sementara itu salah satu pemilik lokasi tambang menjelaskan sejak adanya penutupan lokasi banyak proyek APBD dan APBN tersendat akibat kurangnya pasokan kebutuhan material batu belah. " Sebenarnya banyak permintaan batu tapi kami tidak mau mengambil resiko jika memang mau ditutup lebih baik ditutup saja semua. " Pungkasnya.

Penulis: Kurniawan
Editor: Suhud Mas'ud